Minggu, 10 Mei 2020

Kelok Cibogo Sungguh Elok



Apabila kita mengadakan perjalanan dari Subang menuju Bandung, kita akan melihat banyak pemandangan alam yang demikian indah. Salah satunya pemandangan di daerah Cibogo. Di sana terdapat jalan menurun, membelok, kemudian mendaki.

Foto Kelok Cibogo Tahun 1930-an
(Sumber: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) )
Foto Kelok Cibogo Tahun 2020 (Sumber: Koleksi Pribadi)
Berdasarkan peta jalan di Google Maps, kelok Cibogo terletak di jalan raya Tangkuban Parahu. Jalan raya tersebut memanjang dari pintu masuk Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu sampai jalan Panorama di perempatan jalan Lembang.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) online, kata kelok sama artinya dengan lengkung, belokan, tikungan, atau keluk. Kelok Cibogo berarti belokan atau tikungan jalan yang terdapat di desa Cibogo kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat.

Cibogo, Cilumber, dan Ciburial, adalah nama-nama dusun di desa Cibogo. Nama Cibogo berasal dari kata ci artinya air dan bogo artinya ikan gabus. Dahulu, ikan ini banyak ditemukan di dusun Ciburial terutama di situ Karang  Putri. Kabarnya bogo ini selain jumlahnya banyak juga ukurannya besar-besar. Dikutip dari laman Pemerintahan Desa Cibogo.

Print Screen Sawah di Jalan Cibogo Tahun 1972 
(Sumber:https://www.youtube.com/watch?v=HKnioCiYulk)
Kelok Cibogo nan elok terletak di daerah yang bentuknya lebih cekung atau melengkung ke bawah dari daerah di sekitarnya. Di lembah ini tanahnya subur dan selalu dimanfaatkan untuk bercocok tanam, baik berkebun maupun sawah.
Foto Jalan Cibogo Tahun 1980-an (Sumber: https://www.pinterest.co.uk/pin/765189792912478726/)


Foto Jalan Cibogo Tahun 2020 (Sumber: Koleksi Pribadi)



Print Screen Sawah di Cibogo Tahun 1972  
(Sumber:https://www.youtube.com/watch?v=HKnioCiYulk)

Foto Kebun Sayuran di Cibogo Tahun 2020 (Sumber: Koleksi Pribadi)
Setelah membaca dan mempelajari informasi di media cetak dan media online, diperkirakan jalan Cibogo sudah ada sejak zaman dahulu. Awalnya hanya berupa jalan kecil bagi pejalan kaki atau untuk penunggang kuda. Kemudian pada zaman pemerintahan Hindia Belanda jalan ini diperlebar dan diperkeras sehingga menjadi jalan besar yang permukaannya berbatu.
Foto Jalan Berbatu di Cibogo (Sumber: Gahetna.nl)

Foto Jalan Cibogo Tahun 2020 (Sumber: Koleksi Pribadi)

Sebelum tahun 1928, orang Belanda yang bertempat tinggal di West Preanger (Priangan Barat), apabila hendak pelesiran ke gunung Tangkuban Parahu, maka satu-satunya jalan mesti melalui jalan Jaya Giri Lembang. Awalnya mereka harus menyusuri jalan setapak yang terjal, selanjutnya masuk hutan, dan akhirnya sampailah di kawah Upas.

Priangan dalam bahasa Belanda disebut Preanger, adalah suatu wilayah di Jawa Barat yang bergunung-gunung, dan kebudayaan yang paling dominan di wilayah tersebut adalah kebudayaan Sunda. Wilayah Priangan secara tradisional mencakup Ciamis, Pangandaran, Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Bandung, Bandung Barat, Cianjur, Sukabumi, dan Bogor. Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Parahyangan

Semenjak tanggal 8 September 1928, rekreasi ke gunung Tangkuban Parahu dapat ditempuh melalui jalur Cibogo dengan mengendarai mobil. Gerak kendaraan, orang, dan barang di jalan Cibogo semakin lancar dan ramai tatkala permukaan jalannya sudah beraspal.

Print Screen Jalan Cibogo Tahun 1972 
(Sumber:https://www.youtube.com/watch?v=HKnioCiYulk)
Print Screen Jalan Cibogo Tahun 1972 
(Sumber:https://www.youtube.com/watch?v=HKnioCiYulk)
Print Screen Jalan Cibogo Tahun 1972 
(Sumber:https://www.youtube.com/watch?v=HKnioCiYulk)

Foto Jalan Cibogo Tahun 2020 (Sumber: Koleksi Pribadi)
Foto Jalan Cibogo Tahun 2020 (Sumber: Koleksi Pribadi)
Foto Jalan Cibogo Tahun 2020 (Sumber: Koleksi Pribadi)
Pada buku-buku Sejarah Nasional Indonesia, dijelaskan bahwa membuat dan memelihara jalan raya adalah salah satu bentuk kerja rodi. Kerja paksa pada masa kolonial ini dilakukan dengan cara mengerahkan penduduk tanpa diberi jaminan kesehatan dan makanan yang baik. Akibatnya banyak yang sakit, kekurangan makanan, dan meninggal.

Pada tahun 1986, ketika masih kuliah di IKIP Bandung, penulis pernah kehabisan uang, terpaksa harus pulang ke Ciater dengan berjalan kaki. Sampai di jalan Cibogo perasaan letih sedikit berkurang, setelah memandang langit yang membiru dan hijaunya tetumbuhan yang terhampar. Sampai sekarang kejadian tersebut masih tetap terbayang dalam ingatan.

Foto Jalan Cibogo Tahun 1980-an
Alhamdulillah. Terimakasih kami sampaikan kepada orang-orang terdahulu yang telah berjasa membuka hutan belantara sehingga kini menjadi jalan raya. InsyaAlloh jalan tersebut bermanfaat bagi anak bangsa dalam meraih cita-citanya sehingga menjadi generasi penerus bangsa Indonesia.


Daftar Sumber:

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.1978. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta

Sejarah Desa Cibogo Lembang, diakses dari http://cibogo-lembang.sideka.id/profil/sejarah/ Tanggal 5 Mei 2010 Pukul 5.05

Zwavelgassen, Tangkoeban Prahoe, 1931, diakses dari https://kolonialemonumenten.nl/2015/11/13/zwavelgassen-tangkoeban-prahoe-1931/ Tanggal 1 Mei 2020 Pukul 6.59