Minggu, 20 September 2020

Papais Cisaat Legit, Lezat, dan Menyehatkan

Papais merupakan kue tradisional dari daerah Jawa Barat (Sunda). Bahan utamanya dari tepung beras yang dimasak dengan cara dikukus. Pangan olahan ini termasuk kue basah.

Cisaat adalah salah satu dari tujuh desa di kecamatan Ciater kabupaten Subang provinsi Jawa Barat. Pada profil desa disebutkan, sejak tahun 1900-an pemerintahan desa Cisaat mulai dipimpin oleh seorang lurah kongsi.

Foto Pintu Gapura Dusun Cisaat Desa Wisata Cisaat Ciater (Sumber: Koleksi Pribadi)

Papais Cisaat merupakan camilan atau kudapan tradisonal yang sudah dibuat oleh masyarakat dusun Cisaat sejak zaman dahulu, jauh sebelum tahun 1900-an.

Foto Papais Cisaat (Sumber: Koleksi Pribadi)

Papais Cisaat memiliki cita rasa tersendiri dibanding kue sejenis dari daerah lain. Sebab dalam pembuatannya sangat memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal, kearifan tersebut diantaranya:

Air yang digunakan untuk membuat papais hanya dari Cijauh, Citiwu, Cikahuripan, dan Cijaha. Sumber air ini mengalir secara alami dari batuan dan tanah, airnya jernih serta mengandung larutan mineral.

Air berkualitas tersebut dipergunakan untuk mencuci peralatan masak, mencuci beras, mencampur adonan tepung beras, mencampur gula aren pada saat membuat kinca, dan mengukus papais, sehingga papais Cisaat memiliki cita rasa khas dan menyehatkan.

Foto Sumber Air Cikahuripan Dusun Cisaat (Sumber: Koleksi Pribadi)

Tepungnya dibuat dari beras putih yang ditumbuk. Begitu juga berasnya, diperoleh dari padi yang ditumbuk pula.

Tepung beras dan beras dari padi yang ditumbuk kualitasnya lebih baik, sebab jumlah vitamin B1-nya lebih banyak, sehingga papais Cisaat memiliki cita rasa lezat dan menyehatkan.

Gulanya menggunakan gula aren dari nira (lahang) hasil sadapan pada mayang enau yang direbus selama 4 jam.

Foto Pohon Aren (Kawung) Sedang Disadap Niranya (Sumber: Koleksi Pribadi)

<

Foto Proses Membuat Gula Aren (Sumber: Koleksi Pribadi) 

 Gula kawung asli rasanya lebih manis, warnanya terang, dan tahan lama, sebab tidak ditambah dengan bahan apa pun, sehingga papais Cisaat memiliki cita rasa legit dan menyehatkan.

Foto Gula Kawung Asli Berwarna Terang (Sumber: Koleksi Pribadi)

Tidak dijual. Pada zaman kolonial, papais Cisaat sering dipesan oleh pemerintahan kademangan atau onder distrik Sagalaherang, kemudian kue tersebut dijadikan salah satu hidangan untuk menjamu tamu penting.

Ketika itu, pinisepuh Cisaat memutuskan bahwa papais Cisaat bukan termasuk kue jajanan pasar atau bukan penganan yang dijajakan di warung-warung. Hal ini dilakukan untuk menjaga nama baik pihak pemesan dan menghormati tamu-tamu penting tersebut. Dikutip dari pernyataan tokoh masyarakat dusun Cisaat, Bapak Aep Sutarya.

Sesungguhnya papais Cisaat memiliki nilai ekonomi tinggi, namun sampai sekarang pun warga tetap patuh terhadap adat yang sudah ditetapkan oleh karuhunnya, bahwa papais Cisaat tidak boleh dikomersialkan.

Foto Tokoh Masyarakat Dusun Cisaat Bapak Aep Sutarya (Sumber: Koleksi Pribadi)

Mengandung nilai sosial dan budaya. Membuat papais Cisaat yang berkualitas membutuhkan waktu cukup lama, sehingga dalam pengerjaannya memerlukan kesabaran dan perlu dibantu oleh saudara atau tetangga terdekat secara gotong royong.

Foto Mengukus Papais dalam Dandang dengan Kayu Bakar (Sumber: Koleksi Pribadi)

Papais Cisaat lazim dijadikan buah tangan oleh masyarakat desa Cisaat yang akan bersilaturahmi kepada sanak saudara atau kerabat yang berada di tempat lain. Atau sebagai oleh-oleh dari seseorang yang baru pulang dari desa Cisaat.

Papais Cisaat selalu disajikan pada acara tasyakuran pernikahan, khitanan, peringatan hari besar nasional seperti proklamasi kemerdekaan Indonesia, dan acara adat peringatan hari jadi desa Cisaat.

Foto Pawai Hasil Pembangunan Desa Cisaat Tahun 2012 Dalam Rangka Memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-67 (Sumber: Koleksi Pribadi)

Memiliki nilai religius. Diantara ciri hamba yang beriman dan bertaqwa kepada Alloh SWT, adalah hamba yang suka dan selalu memulyakan tamunya. Caranya dengan berikhtiar untuk menjamu tamu tersebut dengan hidangan makanan terbaik.

Papais Cisaat selalu ada sebagai hidangan utama untuk menjamu tamu. Tamu yang berkunjung ke desa Cisaat diantaranya pejabat pemerintahan, warga asing dari luar negeri, warga kota, atau warga dari desa lain.

Foto Jemaah Pengajian Rutin BKMM Kecamatan Ciater Tahun 2011. Tampak Jemaah dari Subang Dijamu Papais Cisaat (Sumber: Koleksi Pribadi)

Papais Cisaat juga selalu disajikan pada perayaan hari raya Idulfitri dan Iduladha, pada peringatan Maulid Nabi dan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW.

Ramah lingkungan, warna dan rasa legit papais Cisaat sangat alami. Papais Cisaat benar-benar   tidak mengandung pewarna, pemanis, apa lagi pengawet makanan buatan.

Papais Cisaat dibungkus menggunakan daun bangban yang disemat dengan potongan bambu kecil. Jika papais sudah dikonsumsi, maka bekas pembungkus dan sematnya mudah terurai di tanah dalam waktu yang tidak lama.

Foto Daun Bangban Pembungkus Papais Cisaat (Sumber: Koleksi Pribadi)

Papais Cisaat tidak pernah dibuat berlebih-lebihan, banyaknya selalu disesuaikan dengan kebutuhan.

Apabila setiap ibu rumah tangga di dusun Cisaat membuat papais terus-menerus dalam jumlah banyak, maka daun bangban akan cepat habis, hal itu dapat merusak penghijauan lingkungan (go green).

Foto Tumbuhan Bangban (Sumber: Koleksi Pribadi)

Diolah dan dikemas secara higienis. Pada saat pengolahan, tidak banyak bahan yang bersentuhan langsung dengan telapak tangan. Sebagian besar dikerjakan menggunakan alat masak yang sudah dicuci bersih.

Hanya pada waktu membuat kelapa parut saja, irisan daging kelapa dipegang jari-jari tangan. Padahal sekarang dapat memakai sarung tangan plastik saat memarut kelapa.

Setelah dilepas semat dan dibuka bungkusnya, papais dapat langsung dinikmati tanpa menyentuh isinya terlebih dahulu.

Masyarakat desa wisata Cisaat pantas hormat kepada leluhurnya yang telah mewariskan nilai-nilai kearifan melalui olahan pangan. Kebanggaan tersebut diekspresikan  dalam bentuk tugu peringatan, batik, gambar, dan masker.

Foto Tugu Papais Cisaat (Sumber: Koleksi Pribadi)

 

Foto Baju Batik Motif Papais Cisaat (Sumber: Koleksi Pribadi)
Foto Gambar Papais Cisaat di Jalan Jagarnaek (Sumber: Koleksi Pribadi

 

Foto Tokoh Masyarakat Cisaat Sedang Memakai Masker dengan Tulisan Papais

(Sumber: Bapak Ace Saepudin, S.Pd)

Foto Tugu Papais dan Launching Ekspor 20 Ton Arang dari Desa Cisaat ke Arab Saudi

(Sumber: Koleksi Pribadi)

 

Daftar Sumber:

Hasil wawancara dengan tokoh pemerintahan desa wisata Cisaat.

Ikhtisar dari obrolan santai dengan tokoh masyarakat dusun Cisaat.

Profil Desa Wisata Cisaat, diakses dari https://desawisatacisaat.wordpress.com/profil-desa/. Kamis, 10 September 2020, pukul 13.12