Rabu, 07 April 2021

Potret Jalan Zaman Dahulu dan Kini di Subang Selatan

Atas: Potret Jalan Dekat Ciater (Sumber: puntaal.nl dalam @subanglawas)

Tengah: Gambar Jalan Dekat Ciater Tahun 2015 (Sumber: Sreet View Google Maps)

Bawah: Potret Jalan Dekat Ciater Tahun 2020 (Sumber: Koleksi Pribadi)


Pengertian jalan menurut https://kbbi.web.id/ adalah tempat untuk lalu lintas orang (kendaraan dan sebagainya).

Atas: Potret Pintu Masuk Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Antara Tahun 1920-1930 (Sumber: NIMH.NL)

Tengah: Potret Pintu Masuk Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Tahun 1955  (Sumber: https://id.pinterest.com/pin/291819250849102501/)

Bawah: Potret Pintu Masuk Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu 2020 (Sumber: Koleksi Pribadi)


Potret jalan zaman dahulu merupakan gambar jalan yang dihasilkan oleh kamera hitam putih. Potret tersebut ada yang dibuat pada tahun 1900-an, 1930-an, 1940-an, dan 1950-an.

Penulis merekam ulang objek jalan yang sama menggunakan kamera telepon seluler, juga print screen jalan dari tayangan video dan street view images google maps. Tujuannya untuk melihat perkembangan jalan di Subang selatan.

Atas: Potret Lanskap Batas Kabupaten Subang-Bandung Antara Tahun 1920-1935 (Sumber: Tropenmuseum)

Bawah: Potret Lanskap Batas Kabupaten Subang-Bandung Tahun 2020 (Sumber: Koleksi Pribadi)

Potret jalan zaman dahulu pada artikel ini, fokus utamanya mungkin bukan jalan, tetapi pemandangan alam atau kegiatan orang-orang yang ada di jalan pada masa itu. Jalan hanya salah satu subjek potret saja.

Atas: Potret Keluarga Belanda di Jembatan Dekat Jalan Cicenang Tahun 1937 (Sumber: KITLV dalam @subanglawas)

Tengah: Gambar Jembatan Dekat Jalan Cicenang Tahun 2014  (Sumber: Sreet View Google Maps)

Bawah: Potret Jembatan Dekat Jalan Cicenang Tahun 2020  (Sumber: Koleksi Pribadi)

Potret jalan di Subang selatan merupakan gambar jalan yang terdapat di sekitar Tangkuban Parahu, Cicenang, Ciater, Jalancagak, dan Kasomalang.

Kenapa hanya jalan di tempat itu yang ditulis pada artikel ini? Padahal wilayah Subang selatan itu sangat luas. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan penulis dalam mencari potret-potret dimaksud di internet.

Atas: Print Screen Jalan Cicenang Tahun 1970 (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=HKnioCiYulk)

Tengah: Gambar Jalan Cicenang Tahun 2014  (Sumber: Sreet View Google Maps)

Tengah: Potret Jalan Cicenang Tahun 2018  (Sumber: Koleksi Pribadi)

Bawah: Potret Jalan Cicenang Tahun 2020  (Sumber: Koleksi Pribadi)

Awal perkembangan jalan diberbagai wilayah secara umum masih merupakan jalan setapak atau jalan tanah. Peradaban kuno telah berhasil membangun teknologi jalan yang lebih “modern”.

Modern di sini dapat diartikan bahwa jalan tersebut tidak hanya dapat dilintasi dengan berjalan kaki, tetapi juga dapat dilewati kendaraan beroda yang ditarik dengan kuda. Dikutip dari https://www.indonesiana.id/read/125396/sejarah-jalan-raya-di-indonesia

Atas: Potret Jalan di Sekitar Cicenang Tahun 1947 (Sumber: Gahetna.nl)

Tengah: Gambar Jalan di Sekitar Cicenang Tahun 2015 (Sumber: Sreet View Google Maps )

Bawah: Potret Jalan di Sekitar Cicenang Tahun 2020 (Sumber: Koleksi Pribadi )

Kutipan di atas sejalan dengan pendapat seorang warga Ciater, beliau mengatakan “Dahulu pada masa kolonial, jika perusahaan mau menjual komoditas ekspornya, maka komoditas tersebut harus dikirim ke Subang terlebih dahulu.”

“Pengiriman komoditas dari Ciater ke Subang membutuhkan waktu berhari-hari, sebab diangkut menggunakan kendaraan beroda yang ditarik dengan kerbau, lembu atau kuda.”

Selanjutnya warga tersebut menjelaskan, “Supaya gerobak berjalan lancar dan tidak terperosok ke dalam tanah berlubang, maka harus ada petugas yang merapikan butiran-butiran batu di jalan sesaat sebelum dilewati roda gerobak.”

Potret Pabrik di Subang Antara Tahun 1900-1920 (Sumber: Tropenmuseum)

Pada potret di atas, tampak beberapa gerobak terparkir di depan bangunan bertuliskan SOEBANG, tetapi tidak terlihat gambar lembu atau kuda. Jangan-jangan gerobak ditarik dan didorong menggunakan tenaga manusia. Astagfirullohaladzim.

Pada potret di bawah, tampak suasana jalan di pagi hari. Boleh jadi jalan tersebut berada di Ciater, tepatnya di depan Masjid As Sa’adah sekarang. Permukaannya terlihat masih berbatu-batu

Atas: Potret Suasana Jalan di Ciater Tahun 1947 (Sumber: Gahetna.nl)

Tengah: Gambar Jalan Dekat Masjid As Sa’adah Ciater Tahun 2015 (Sumber: Sreet View Google Maps)

Bawah: Potret Jalan Dekat Masjid As Sa’adah Ciater Tahun 2018 (Sumber: Koleksi Pribadi)


Pembangunan jalan masa lampau di Pamanoekan en Tjiasem Landen (kabupaten Subang sekarang) ada yang dikerjakan oleh pemerintah Hindia Belanda, juga ada yang digarap oleh tuan tanah. Seperti dikutip dari buku penyempurnaan naskah sejarah kabupaten Subang di bawah ini.

Mengerjakan penduduk laki-laki yang berumur 14 s.d 50 tahun selama satu hari pada tiap-tiap minggu dengan memberi makan yang cukup untuk mengerjakan pembuatan atau perbaikan jalan adalah salah satu hak dan wewenang tuan tanah P & T Lands.

Salah satu hak dan wewenang tuan tanah P & T Lands tersebut di atas diatur oleh Stbl No. 19 tanggal 28 Pebruari tahun 1836. Kata Stbl singkatan dari staatsblad (bahasa Belanda) artinya lembaran negara.

Potret Tempat Pengolahan Kulit Kina di Ciater Antara Tahun 1920-1935 (Sumber: Tropenmuseum)

Pada potret di atas, tampak  ada bangunan yang ada cerobong asapnya, itu adalah tempat pengeringan kulit kina. Bahan utama obat malaria tersebut harus di panggang/ di oven terlebih dahulu sebelum diekspor. Selanjutnya, tempat itu lebih dikenal dengan stanplat Ciater.

Atas: Potret Stanplat Ciater Tahun 2015 (Sumber: Koleksi Pribadi)

Bawah: Gambar Stanplat Ciater Tahun 2015 (Sumber: Sreet View Google Maps)

Pengaspalan permukaan jalan di Ciater sudah dimulai sejak tahun 1950, seperti ditunjukkan oleh dua potret di bawah. Namun penulis tidak mengetahui letak jalan pada potret yang pertama, sehingga tidak dapat membuat gambarnya di masa kini.

Atas dan Tengah: Potret Pengaspalan Jalan di Ciater Antara Subang-Bandung Tahun 1950 (Sumber: ANRI dalam Citra Kabupaten Subang Dalam Arsip)

Bawah: Potret Jalan di Ciater Antara Subang-Bandung Tahun 2020 (Sumber: Koleksi Pribadi)

Atas: Potret Jembatan Antara Kasomalang-Limaratus (Sumber: Tropenmuseum.nl)

Bawah: Potret Jembatan Antara Kasomalang-Limaratus Tahun 2017 (Sumber: Koleksi Pribadi)

Sebagian deskripsi potret di bawah tertulis, Nederlands infanterie op weg naar Djahan Tjagak naar Soebang. Jika diterjemahkan menggunakan Bing Translate artinya, Infanteri Belanda dalam perjalanan ke Djahan Tjagak ke Soebang . Barangkali Djahan Tjagak itu dari kata Jalancagak.

Potret Infanteri Belanda Melalui Daerah Jalancagak Tahun 1947 (Sumber: Gahetna.nl)

Penulis tidak dapat merekam ulang jalan pada potret di atas, lantaran tidak mengetahui dengan pasti letak jalannya.

Alhamdulillah. Kami ucapkan terimakasih kepada orang-orang terdahulu yang telah berjasa membuka hutan belantara sehingga kini menjadi jalan raya. InsyaAlloh jalan tersebut bermanfaat bagi anak bangsa dalam meraih cita-citanya, menjadi generasi penerus bangsa Indonesia. Aamiin.

Pembaca yang budiman, jika dalam artikel ini terdapat kesalahan, silahkan tulis tanggapan pada kolom komentar di bawah. Pendapat dan masukkan dari pembaca akan membantu menyempurnakan isi artikel ini. Aamiin.

 

Daftar Sumber:

Sejarah Jalan Raya di Indonesia, diakses dari: https://www.indonesiana.id/read/125396/sejarah-jalan-raya-di-indonesia. Selasa, 6 April 2020, pukul 17.21

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Subang. 2002. Penyempurnaan Naskah Sejarah Kabupaten  Subang. Subang.