Pabrik teh peninggalan kolonial itu, kini sudah
tidak terlihat lagi, sebab telah dibongkar dan diratakan. Bangunan megah yang
pernah berdiri tegak di Ciater itu menjadi saksi kehidupan tuan-tuan tanah yang
dahulu pernah berjaya.
Foto Pabrik Teh Ciater (Sumber: di Share dari Teman) |
Pabrik teh Ciater letaknya berhadapan dengan
jalan masuk objek wisata air panas alam Ciater. Ketika masih berdiri, di depan
pabrik terdapat perempatan jalan yang selalu ramai oleh kendaraan truk
pengangkut daun teh dan bis pariwisata yang mengantar wisatawan asing menuju
pabrik.
Foto Bekas Pintu Gerbang Pabrik Teh Ciater Berhadapan dengan Perempatan Jalan (Sumber: Koleksi Pribadi) |
Foto Pabrik Teh Ciater Hasil Editan (Sumber: Koleksi Pribadi) |
Tjiater theefabriek dibangun oleh perusahaan P & T Lands Ltd pada tahun 1934, dan mulai dioperasikan empat
tahun kemudian tepatnya di tahun 1937. Pabrik ini dibuat empat lantai sehingga
lebih besar dibandingkan dengan pabrik teh yang lain di sekitar Pamanoekan en
Tjiasem Landen Ltd.
Foto Pabrik Teh Ciater Sesudah Selesai Dibangun (Sumber: Tropenmuseum dalam @subanglawas) |
Pabrik teh Ciater adalah pabrik terakhir yang dibangun
oleh pengusaha berkebangsaan Inggris, sebelumnya pernah juga dibuat di Tambakan,
Kasomalang, dan Serangsari sekitar tahun 1911 sampai 1922.
Sebenarnya, pabrik teh yang lebih awal berdiri di
Pamanoekan en Tjiasem Landen (kabupaten Subang
sekarang) adalah pabrik teh Bukanegara yang dibangun oleh pengusaha Belanda bernama
Peter William Hofland ditahun 1840-an.
Belanda adalah negara yang paling lama menjajah
Indonesia, yaitu sekitar 350 tahun. Tetapi mengapa ada pengusaha Inggris di Pamanoekan
en Tjiasem Landen (kabupaten Subang sekarang)? Pada tahun 1812 Letnan Gubernur
Thomas Stanford Raffles menjual tanah Pamanukan dan Ciasem kepada orang-orang
partikelir (swasta), diantaranya kepada orang-orang Inggris.
Berikut daftar perubahan hak milik tanah Pamanukan
dan Ciasem yang dikutip dari Naskah Sejarah Kabupaten Subang dan Short History of The Pamanoekan &
Tjiassemlands:
Tahun
|
Pengusaha/Perusahaan
|
Kebangsaan
|
Keterangan
|
1812
|
Muntinghe dan
|
Belanda | Perorangan |
J. Shrapnell
|
Inggris | ||
1813
|
J. Shrapnell dan Ph, Skelton
|
Inggris | Perorangan |
1819
|
Charles Forbes dan William Taylor
|
Inggris | Perorangan |
1821
|
J. Davidson, Th. McQuoid, dan D. A. Fraser
|
Inggris | Perorangan |
1822
|
Ludovick Steward, dan John Rab. Thuring
|
Inggris |
Perorangan
|
1826
|
Ch. Forbes,
W.F. Money, Micky Forbes, John Skelton, J. Steward, J.R. Thuring, dan Alex
London
|
Inggris
|
Perorangan
|
1840
|
Ch. Forbes, Micky Forbes, dan J. Steward
|
Inggris
|
Perorangan
|
1842
|
John Erich Banck, Thomas Benjamin Hofland, dan Peter
William Hofland
|
Belanda
|
Perorangan
|
1848
|
Thomas Benjamin Hofland dan Peter William
Hofland (Hofland Brothers)
|
Belanda
|
Perorangan
|
1858
|
Peter William Hofland
|
Belanda
|
Perorangan
|
1872
|
George Hermanus dan Johannes Theodorus (Hofland
Junior)
|
Belanda
|
Perorangan
|
1886
|
N.V. Haatschapij Ter Eksploitatie Der Pamanukan
En Tjiasem Landen
|
Belanda
|
N.V. = Perseroan Terbatas (PT) |
1911
|
The Anglo Dutch Plantation Of Java Ltd
|
Inggris
|
Ltd = Limited = PT |
1920
|
P & T Lands Ltd
|
Inggris
|
Ltd = PT |
1942
|
P & T Lands Ltd
|
Jepang
|
|
1945
|
P & T Lands Ltd
|
Indonesia
|
|
1949
|
P & T Lands Ltd
|
Inggris
|
|
1953
|
Indonesia Plantation Ltd
|
Indonesia
|
|
1963
|
Perusahaan Perkebunan Negara
|
Indonesia
|
PPN Dwikora IV |
Semenjak tahun 1937, di perkebunan teh Ciater sudah
mengalami beberapa kali pergantian perusahaan sebagai pengelola pabrik. Dikutip
dari beberapa sumber, akhirnya diperoleh nama-nama perusahaan tersebut, seperti
pada daftar di bawah:
No.
|
Nama Perusahaan
|
Tahun
|
1
|
P & T Lands Ltd
|
1937 s.d 1956
|
2
|
Indonesia Plantation Ltd (PPN Lama)
|
1957 s.d 1960
|
3
|
Perusahaan Perkebunan Negara (PPN Baru)
|
1961 s.d 1963
|
4
|
PPN Aneka Tanaman
|
1964 s.d 1968
|
5
|
PT Perkebunan XXX
|
1969 s.d 1978
|
6
|
PT Perkebunan XIII
|
1979 s.d 1994
|
7
|
PT Perkebunan Nusantara VIII
|
1994 s.d sekarang saat artikel ini ditulis |
Pada buku cerita Cipanas Ciater, disebutkan
beberapa nama orang Inggris sebagai manajer atau pengelola perkebunan teh
Ciater. Nama-nama kawasa atau
administratur sebelum kedatangan bangsa Jepang adalah: tuan Parante, tuan Ball,
dan tuan Sturby.
Adapun nama kawasa
setelah Indonesia merdeka adalah: tuan Pieter dan tuan Sery. Nama-nama kawasa di atas, ditulis berdasarkan
penuturan penduduk Ciater pada waktu diwawancara, jadi bukan dari catatan
peristiwa sejarah.
Dahulu, di pabrik teh dan sekitarnya menjadi pusat
kegiatan ekonomi yang sangat penting. Tetapi juga menjadi pusat kegiatan seni,
olah raga, pariwisata, pertukangan, pendidikan, dan agama bagi karyawan
khususnya dan masyarakat Ciater pada umumnya.
Kala itu, jika malam tiba, di sekitar pabrik
menjadi kawasan yang paling gemerlap. Terutama saat ada pementasan seni
pertunjukan atau pemutaran film, suasananya menjadi tambah meriah. Kalau ada
mesin waktu, ingin rasanya menjenguk ke sana walau sekejap.
Bapak guru mengajar para siswa di sekolah dasar
dari pagi sampai siang. Menjelang sore beliau bekerja lagi di pabrik sebagai
juru timbang pucuk teh. Pegawai negeri sipil yang menyambi di perusahaan swasta
sudah lumrah ditahun 1970-an.
Orang-orang tua tempo dulu hanya punya dua impian
atau dambaan, yaitu kapan anak-anak mereka akan jadi mandor besar atau menjadi
staf di perkebunan. Bahkan ada orang tua mengadakan hajatan (syukuran)
dikarenakan anaknya atau menantunya diangkat menjadi staf di perkebunan.
Dikutip dari buku Hari Jadi Kabupaten Subang.
Jika mengamati kutipan di atas, kita dapat
memahami, betapa besarnya peran perkebunan-perkebunan yang berada di tanah P
& T Lands saat itu, dalam meningkatkan kesejahteraan hidup para pekerjanya.
Usia mesin produksi semakin tua, sehingga
kerjanya menjadi tidak tepat guna. Keuangan defisit, disebabkan oleh biaya produksi lebih
besar ketimbang harga jual. Keunggulan produk kalah bersaing dengan kualitas produk
dari negara lain. Karena itulah yang membuat penampilan pabrik teh Ciater menjadi
kusam tidak terurus akhirnya tersingkirkan.
Foto Pabrik Teh Ciater Menjelang Senja (Sumber: Koleksi Pribadi) |
Onggokkan besi tua merupakan akhir riwayat si
pabrik renta, sehingga dibongkar dan diratakan. Tahun 1990-an sudah dibangun
pabrik teh baru pengganti pabrik teh lama. Kini pabrik baru dapat berdiri lebih
tegak diantara hijaunya hamparan pucuk teh.
Foto Pabrik Teh Ciater Menjelang Renta (Sumber: Koleksi Pribadi) |
Daftar Sumber:
Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Subang. 2002. Penyempurnaan Naskah Sejarah Kabupaten Subang. Subang.
Hidayat,
Eep. 1989. Cerita Cipanas Ciater,
Subang: CV. Maju Raya Bandung.
Ketua
Panitia Khusus Peneliti Sejarah Kabupaten Subang. 1980. 5 April 1948 Hari Jadi Kabupaten Subang. Subang. Pemerintah
Kabupaten Daerah Tingkat II Subang.
Short History of The
Pamanoekan & Tjiassemlands, diakses dari https://issuu.com/keykogrosir/docs/thomas
b hofland/ Tanggal 17 April 2020, Pukul 19.45 WIB
Wow baru tahu info ini. Kereeen... πππππ»ππ»ππ»
BalasHapusAlhamdulillah, hatur nuhun Ibu, InsyaAlloh dinten ayeuna abdi bade ngaos artikel Ibu
HapusKeren Pak Enjang ...πππ
BalasHapusAlhamdulillah, hatur nuhun Ibu
HapusTyt seratan Pak Enjang toh, keren, literasi nya lengkap dg sumber pustakanya, kita jadi tau sejarah kejayaan Ciater masa lampau
BalasHapusInsyaAlloh, ragam karangannya eksposisi. Matur Nuwun Ibu
BalasHapusBacaan menarik untuk mengenal daerah sendiri yaitu ciaterππ
BalasHapusAlhamdulillah.Terimakasih,mohon minta jika punya foto hitam putih tentang Ciater
HapusSemoga segera ada balasan dari pihak perusahaan di Belanda terkait foto dan sejarah lainnya dari P&T Lands
BalasHapusAlhamdulillah, terimakasih atas kunjungannya
BalasHapusInfo yang harus betul-betul di publikasikan....keren pak
BalasHapusAlhamdulillah, hatur nuhun Ibu
BalasHapusKereeennn Pak,,, makasih infonya
BalasHapusKerennn...Pak Enjang.
BalasHapusInformatif
Haturnuhun infona
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya
BalasHapusTerimakasih semoga bermanfaat
BalasHapusLuar biasa,,,
BalasHapusAlhamdulillah. terimakasih atas komentarnya
Hapus